Betapa berat tantangan yang dihadapi anak dan
remaja era tahun 2000-an, terutama siswa-siswi Hurin ‘In. Mulai dari pergaulan bebas, penggunaan narkoba dan
penyimpangan seksual telah menjadi pemandangan sehari-hari mereka. Belum lagi
pengaruh negatif perkembangan teknologi dan pengetahuan global yang siap
menjebak mereka pada gaya hidup yang manja, materialis dan hedonis.
Apalagi didukung oleh acara sinetron remaja di
televisi yang lebih banyak mengeksploitir life style kemewahan, anak
gedongan dan impian-impian yang serba wach !. Perlahan, namun penuh
pasti mereka pun kehilangan jati diri sebagai sebagai manusia, sebagai hamba
Allah Swt.
Malangnya lagi, anak-anak dan remaja yang mulai
kehilangan jati diri itu dihadapkan juga oleh kontradiksi "kaya-miskin”
yang mencolok, ketidak adilan sosial dan hukum yang telah melahirkan premanisme,
mulai dari yang berpenampilan ala punk rock hingga pada tingkat yang
paling menjijikkan; premanisme berseragam, berdasi dan tampilan relegius.
Kriminalitas pun terjadi dimana-mana, di berbagai
strata sosial. Karena itu harus segera disadari, sekaligus dicarikan jalan
keluar untuk, “bangunan kemanusiaan”
anak-anak dan para remaja era
milinea yang tengah “porak poranda” ini.
Pendidikan yang mengarahkan setiap anak dan remaja menjadi generasi yang saleh dan salehah
(baik dalam arti individu maupun sosial) adalah salah
satu solusi nya. Hurin ‘In hadir dalam rangka menjawab tantangan zaman yang
tengah dihadapi anak-anak dan remaja era
tahun 2000-an.
Siswa-siswi Hurin
‘In dikenalkan dan dimotivasi pada praktek ibadah keseharian kehidupan
setiap Muslim. Bukan melulu pada sisi ritual semata, lebih dari itu pada budaya (culture)
yang diagamakan dan praktek keagamaan yang di budayakan seperti tahlil dan shalawatan,
sebuah akulturasi agama dalam tradisi lokal yang menjadi corak Islam yang khas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar