Memberi
merupakan perbuatan mulia yang diajarkan dalam semua agama-agama yang ada di
dunia. Dengan memberi, seorang yang didera lapar mendapat kepastian makan, anak
putus sekolah mendapat kepastian jaminan hak memperoleh pendidikan, dan
pesakitan mendapat kepastian layanan kesehatan. Menolak fakta ini berarti
memihak pada kecongkakan intelektual dan kebutaan moral.
Dalam
Islam, setiap Muslim tidak cuma didorong untuk memiliki sifat memberi, lebih
dari itu menjadi manusia manfaat untuk sesama umat manusia tanpa melihat latar
belakang suku, bangsa dan agama. Hal ini didasari pada sabda Rasulillah
Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia
adalah dia yang paling bermanfaat untuk sesama manusia.”
Moment malam takbiran,
beberapa waktu yang lalu, bagi siswa-siswa Hurin‘in tidak sekedar menyambut
hari kemenangan semata, lebih dari itu menjadi sarana belajar yang menjadi bagian
“mata pelajaran” dari “madrasah Ramadhan” dengan menyalurkan zakat fitrah
yang di amanahkan oleh para muzakki kepada Hurin’in, untuk
kemudian disampaikan kepada para mustahiq yang ada dilingkungan
Hurin’in. Lebih dari empat ratus liter beras dan lebih
dari dua juta rupiah, pada malam itu juga selesai disalurkan kepada
para mustahiq.
Melalui penyaluran zakat
fitrah, santri Hurin’in pada malam hari kemenangan itu dilatih untuk memiliki
perspektif baru dalam melihat berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat di tengah
masa di mana kehidupan agama-agama secara formal tampak semarak, rumah-rumah
ibadah ramai, dan bahasa-bahasa agama telah memenuhi judul-judul sinetron di
televisi.
Dalam kesahajaan, setiap
santri Hurin’in dilatih untuk “menghadirkan” nelangsa orang
lain dalam dirinya, karena memang setiap anak secara potensial dibekali
kemampuan untuk itu. Semoga sesudah bulan Ramadhan berlalu semangat memberi
tetap terawat, tumbuh dan berkembang.